Kondisi cuaca yang kurang bersahabat di sejumlah Pulau di Sumenep, Madura, membuat warga cemas. Pasalnya, setiap bulan purnama tiba, dapat dipastikan banyak pulau berpenghuni akan tenggelam.
Seperti Pulau/Dusun Bungin Nyarat, di Desa Saobi, Kecamatan Kangayan yang berpenghuni sekitar 100 KK atau 250 jiwa. Pulau lain yang serupa yakni Dusun Masjid di Pulau Saobi yang penduduknya mencapai 500 KK. Saat air pasang, semua daratan kedua pulau tersebut tergenang air laut.
Bahkan, ketinggian air laut mencapai hingga 20 cm. Rumah warga yang mayoritas terdiri dari rumah panggung memang selamat. Namun, genangan air laut di bawah rumah itu membuat tidak nyaman kehidupan warga di kedua pulau tersebut.
Anggota DPRD Sumenep, Badrul Aini, mengatakan, kondisi penduduk di dua pulau yang tenggelam setiap bulan purnama tiba sangat mengenaskan. Semua daratan di pulau itu tergenang air laut.
"Yang paling parah terjadi pada September sampai November," kata Badrul pada wartawan di kantor DPRD Sumenep, Jalan Trunojoyo, Jumat (1/10/2010).
Menurut politisi asal Pulau Kangean ini, tak ada pembangunan penahanan air laut di dua pulau tersebut. Bahkan, pengerukan atau pengambilan pasir secara ilegal terus dilakukan masyarakat tak bertanggung jawab. Upaya penanaman pohong mangrove juga tidak ada.
"Sehingga kedua pulau tersebut selalu tenggelam bila bulan purnama tiba," ujarnya.
sumber
Seperti Pulau/Dusun Bungin Nyarat, di Desa Saobi, Kecamatan Kangayan yang berpenghuni sekitar 100 KK atau 250 jiwa. Pulau lain yang serupa yakni Dusun Masjid di Pulau Saobi yang penduduknya mencapai 500 KK. Saat air pasang, semua daratan kedua pulau tersebut tergenang air laut.
Bahkan, ketinggian air laut mencapai hingga 20 cm. Rumah warga yang mayoritas terdiri dari rumah panggung memang selamat. Namun, genangan air laut di bawah rumah itu membuat tidak nyaman kehidupan warga di kedua pulau tersebut.
Anggota DPRD Sumenep, Badrul Aini, mengatakan, kondisi penduduk di dua pulau yang tenggelam setiap bulan purnama tiba sangat mengenaskan. Semua daratan di pulau itu tergenang air laut.
"Yang paling parah terjadi pada September sampai November," kata Badrul pada wartawan di kantor DPRD Sumenep, Jalan Trunojoyo, Jumat (1/10/2010).
Menurut politisi asal Pulau Kangean ini, tak ada pembangunan penahanan air laut di dua pulau tersebut. Bahkan, pengerukan atau pengambilan pasir secara ilegal terus dilakukan masyarakat tak bertanggung jawab. Upaya penanaman pohong mangrove juga tidak ada.
"Sehingga kedua pulau tersebut selalu tenggelam bila bulan purnama tiba," ujarnya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar